Aksara Sunda... Siapa yang (masih) bisa membacanya? Aku, walaupun tinggal di Jawa Barat lebih dari 30 tahun, kok ya tidak bisa membacanya. Aku memang tidak mempelajarinya di sekolah tempatku belajar dulu. SD, SMP, SMA, bahkan masa kuliah, kulewatkan tanpa mengenali tulisan huruf-huruf khas tanah Sunda itu.
Huruf-huruf ini konon berawal dari kisah utusan Ajisaka yang masing-masing diberi amanah untuk menjaga pusaka. Keduanya bertarung hingga mati saat mempertahankan amanah yang telah diberikan oleh atasan mereka, sang Ajisaka. Ajisaka kemudian menuliskan kisah mereka dalam susunan kisah dengan ucapan Ha-Na-Ca-Ra-Ka yang sama-sama digunakan di Jawa bagian barat dan tengah. Dalam perkembangannya, bentuk huruf di kedua tempat berbeda mengalami perubahan dan penyesuaian, hingga dalam kongres bahasa sunda ke-8 akhirnya diputuskan untuk diubah menjadi huruf Ka-Ga-Nga. Kisah selanjutnya, silakan lihat link berikut ini:
http://mahanagari.multiply.com/journal/item/51/Aksara_Sunda_Kuno atau untuk yang ingin mengetahui lebih jauh (dalam bahasa Sunda), dapat melihatnya di sini: http://www.mail-archive.com/urangsunda@yahoogroups.com/msg01495.html
Yang unik, beberapa nama jalan di kota Bandung sudah menggunakan huruf ini pula, selain huruf latin. Ada pula situs pemda kota Cimahi yang dengan berbangga hati mencantumkan tulisan ini di banner/header situs resminya. Mari berbangga berbahasa lokal (Sunda), berbudaya lokal (Sunda), agar tak lagi diakui oleh negara tetangga (hihi... masih agak kesal nih sama negara tetangga itu). Tapi terima kasih juga ya karena telah "membangunkan kita" agar menyadari potensi kekayaan budaya lokal kita. Mari kita gunakan dan banggakan.
Huruf-huruf ini konon berawal dari kisah utusan Ajisaka yang masing-masing diberi amanah untuk menjaga pusaka. Keduanya bertarung hingga mati saat mempertahankan amanah yang telah diberikan oleh atasan mereka, sang Ajisaka. Ajisaka kemudian menuliskan kisah mereka dalam susunan kisah dengan ucapan Ha-Na-Ca-Ra-Ka yang sama-sama digunakan di Jawa bagian barat dan tengah. Dalam perkembangannya, bentuk huruf di kedua tempat berbeda mengalami perubahan dan penyesuaian, hingga dalam kongres bahasa sunda ke-8 akhirnya diputuskan untuk diubah menjadi huruf Ka-Ga-Nga. Kisah selanjutnya, silakan lihat link berikut ini:
http://mahanagari.multiply.com/journal/item/51/Aksara_Sunda_Kuno atau untuk yang ingin mengetahui lebih jauh (dalam bahasa Sunda), dapat melihatnya di sini: http://www.mail-archive.com/urangsunda@yahoogroups.com/msg01495.html
Yang unik, beberapa nama jalan di kota Bandung sudah menggunakan huruf ini pula, selain huruf latin. Ada pula situs pemda kota Cimahi yang dengan berbangga hati mencantumkan tulisan ini di banner/header situs resminya. Mari berbangga berbahasa lokal (Sunda), berbudaya lokal (Sunda), agar tak lagi diakui oleh negara tetangga (hihi... masih agak kesal nih sama negara tetangga itu). Tapi terima kasih juga ya karena telah "membangunkan kita" agar menyadari potensi kekayaan budaya lokal kita. Mari kita gunakan dan banggakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar