Jumat, 31 Desember 2010

Pindahaaan

Blog bahasamania mau berdandan dengan gaya baru. Setelah sukses mengikutsertakan blog ini di ajang lomba blog bahasa, mencapai puncaknya saat menyabet posisi juara harapan 1 di lomba itu, setelah itu umurnya pun 'tamat'. Mari kita pindahan ke blog baru. Isinya masih issue seputar kebahasaan, tapi belum dikhususkan untuk diikutsertakan dalam ajang lomba. Seru-seruan dan mungkin serius juga membahas issue kebahasaan Indonesia maupun bahasa lainnya. Mari melanglang ke blog bahasa yang satu ini.

Minggu, 12 Desember 2010

Meningkatkan Potensi Diri

Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Itu adalah penggalan hadits yang sangat kuresapi maknanya.
Di dunia mana pun, kita harus terus meningkatkan kemampuan diri. Banyak hal yang dipertimbangkan oleh atasan hingga mereka memutuskan untuk melirik kita, karyawannya yang punya potensi hebat. Lebih luar biasa lagi jika potensi hebat itu bisa bermanfaat buat banyak orang.
Kemarin aku baru 'jalan-jalan' ke web-nya tabloid Nova, dan menemukan dua buah artikel yang saling berkaitan untuk mendongkrak motivasi diriku sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.
Sebagai seorang guru di sekolah yang merintis jalan sebagai sekolah internasional, aku dan teman-teman tentu dituntut untuk berbicara dalam bahasa Inggris dalam keseharian di sekolah. Namun harus kuakui pula bahwa dalam praktiknya, itu tidak mudah untuk dilaksanakan. Walau bagaimanapun, bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita. Di berbagai kesempatan, berbicara bahasa Indonesia atau bahasa daerah terasa lebih sesuai dengan konteks, terutama saat kami berbincang -dan bercanda- dengan sesama guru. Tapi hal ini tentu bukan contoh yang baik bila dilakukan di depan murid-murid kami.
Terus terang, terkadang aku merasa frustrasi saat berbahasa Inggris. Ketika aku tidak menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa Inggris untuk diucapkan, padahal aku ingin mengungkapkan perasaan dan isi kepala. akhirnya aku berbicara dalam bahasa Indonesia lagi. Tapi kusadari kemudian, bahwa hal ini adalah akibat dari kemalasanku untuk berlajar dan meningkatkan kualitas diri. Artikel dari tabloid Nova berikut ini, menyadarkan aku tentang hal itu. Artikel itu memang mengulas dunia kerja secara general, tapi poin 2, menjadi fokus dapi upaya yang harus kulakukan, yaitu motivasi untuk Terus Belajar. Ya, aku harus terus mengasah kemampuan berbahasa Inggrisku. Banyak membaca buku berbahasa Inggris, mendengarkan berita berbahasa Inggris, memaksa diri berbicara dalam bahasa Inggris, dan juga memaksa diri untuk mengasah kemampuan menulis dalam bahasa Inggris.
Sambungan artikel tersebut, salah satu poinnya juga mengulas mengenai pentingnya untuk terus mengasah skill/kemampuan. Dalam 'kasusku', tentu kemampuan berbahasa Inggris. Cara-caranya: seperti yang sudah kutulis di atas. Ini jadi tekadku, yang akan siap kulakukan. Aku siap untuk bergerak maju, bergerak untuk jadi pribadi yang lebih baik. Ready? ;)
Oya, artikel lengkapnya, bisa dibaca di tautan berikut ini: 

Kutipan Hari Ini

Hidup adalah pilihan-pilihan yang kamu buat sendiri.
Kamu bertanggung jawab terhadap pilihan itu.
Pilihan-pilihan hidup hadir dengan konsekuensi.

Jumat, 10 Desember 2010

Mari Cinta Membaca

Aku mengaku suka membaca, tapi ketika aku membandingkan dengan teman lain yang punya hobi serupa, wah... ternyata aku masih kalah jauh. Aku menikmati kegiatan membaca, tapi rupanya aku belum bisa masuk kategori membacamania :p Sementara teman-teman lain menetapkan target untuk membaca sekian buku dalam rentang waktu tertentu, aku masih asyik-asyik saja santai membaca di waktu luang saja. Bacaannya juga belum fokus pada satu jenis bacaan tertentu, masih suka yang ringan-ringan saja. Novel dan majalah jadi favorit. Itu pun berhenti di titik menikmati, terinspirasi. Seringkali salut kepada teman yang sudah pula melangkah lebih jauh dengan menuliskan resensi tentang buku-buku yang dibacanya, dengan gaya bertutur yang menarik pula. Ingin seperti mereka...!
Di sisi lain, aku amati minat baca murid dan keponakanku, tentu saja mereka pun punya minat yang beragam. Sebagian besar hanya suka membaca komik. Ya... ya... ini pun sudah terjadi sejak dulu. Membaca komik memang mengasyikkan. Membaca sambil melihat gambar-gambar yang juga 'bercerita', tentu akan jadi pengalaman yang -bagi sebagian orang- membuat ketagihan. Tapi ada keponakanku yang punya minat cukup  besar pada aktivitas membaca -dan belakangan- menulis juga.
Sejak bayi, sang bunda memang mempunyai kebiasaan untuk membacakan buku sebelum tidur. Ketika dia sudah mulai bisa bicara, dia seringkali meminta bundanya untuk membacakan buku untuknya sebelum tidur. Terkadang, buku yang sama bisa dibaca berulang kali, dan tak jadi masalah buatnya. Dia bahkan sampai hafal isi bukunya, dan bisa protes saat sang bunda bercerita 'keluar jalur'.
Kulihat, tentu saja peran serta orang tua sangat besar dalam menumbuhkan minat baca pada anak. Dan ini penting! Jangan sampai anak hanya tenang ketika disediakan layar kaca dengan tayangan kurang bermutu, juga tanpa pendampingan orang tua. Mari kembali lagi pada budaya membaca, dengan berbagai dampak positifnya. Bagaimana caranya? Tabloid Nova pernah mengulas hal ini. Mari baca di link tabloid nova online ini.

Selasa, 14 September 2010

Langlang Bahasa

Telah lama blog bahasamania ini tak kutengok dan kukelola, karena aku memutuskan untuk mengelola sebuah blog kebahasaan yang baru, Langlangbahasa.blogspot.com. Blog ini pun masih berkisar seputar bahasa, penggunaannya, kritik bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah hingga bahasa asing. Kupikir, ini akan menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Mengamati berbagai bahasa dan menuliskan berbagai aspek tentangnya, akan membuat bahasa kita semakin kaya. Tapi di atas semuanya, kupikir bahasa ibu tetap harus dijunjung tinggi di atas lainnya. Walau dengan bahasa aku bisa mengembara ke mana saja, tapi bahasa ibu jangan dilupa. Langlang bahasa, ajang kembara dunia. Mari tengok ke sana. ;)

Senin, 12 April 2010

Tulisanku di Forum Guru

Alhamdulillah... senangnya akhirnya tulisanku bisa tembus media koran daerah (untuk langkah awal... sebelum merambah ke media nasional). Setelah 'panas' gara-gara seorang teman yang sudah mempublikasikan tulisannya lebih dulu, aku akhirnya menulis dan mengirim ke koran daerah Pikiran Rakyat. Hari ini tulisan itu tayang di rubrik forum guru. Jangan dulu nagih honorarium, lha aku saja baru tahu bahwa tulisan itu dimuat di koran hari ini. Itu juga setelah diberitahu oleh kakakku yang mengirim pesan pendek. Kalau dia tidak memberi tahu, mungkin aku pun nggak akan 'ngeh' ;) Jika memang tulisan di gambar ini kurang jelas, yuk, berikut ini saya tulis ulang isi tulisan tersebut.
Belakangan ini, sekolah-sekolah dengan sistem full day school semakin banyak didirikan. Konon, karena tuntutan orang tua zaman sekarang yang menghendaki demikian. Semakin diminatilah sekolah serupa ini.
Sebagai seorang guru yang juga mengajar di sekolah semacam ini, saya mencoba sedikit menganalisa, apa sih kebaikan dari sekolah dengan sistem seperti ini? Secara umum, yang tentu saja masih perlu penelitian lebih jauh, beberapa data dan fakta saya temukan dalam perjalanan selama lebih dari 13 tahun malang melintang sebagai pengajar di sekolah dengan sistem full day ini.
Pertimbangan ini bisa ditujukan untuk Anda sebagai orang tua murid yang berencana untuk menyekolahkan putra-putrinya, atau bagi Anda yang berminat untuk membaktikan diri sebagai tenaga pendidik di sekolah seperti ini, khususnya sekolah Islam full day.
Jam kerja orang tua, pasangan suami-istri yang ketat dengan beban pekerjaan kantor mereka masing-masing, membuat mereka merasa harus menitipkan pendidikan anak-anak mereka pada sebuah lembaga terpercaya. Full day school menjadi pilihan untuk mengakomodir kondisi tersebut. Anak pulang di sore hari, tak lama sebelum kedatangan orang tuanya. Masih cukup waktu untuk membersihkan diri, dan bersiap menyambut ayah dan/atau ibu dari kantor.
Dalam struktur keluarga masa kini, keberadaan pembantu Rumah Tangga seperti menjadi sebuah keharusan. Tugas mereka bukan hanya sekedar memasak dan membersihkan rumah, mencuci dan menyeterika, tapi berkembang hingga merapikan peralatan sekolah anak dan membimbingnya belajar. Tapi akankah pembelajaran bersamanya akan optimal? Dengan latar belakang pendidikan maksimal SMA sekalipun, akankah PRT punya otoritas/kapabilitas untuk membimbing anak belajar dan beribadah? Ataukah tak berdaya pada kekuasaan dan keinginan si anak, dan membiarkannya menonton TV, bermain game komputer, atau mengakses internet sesukanya ke dunia maya?
Saat kegiatan anak terpusat di sekolah, mulai pukul 7.30 hingga pukul 4 sore, semua aktivitas sarat dengan nilai pendidikan.
Mulai dari ikrar pagi, guru sudah memandu siswa untuk fokus pada satu kegiatan saja. Dilanjut dengan doa pagi untuk memulai kegiatan pada hari itu, menggugah kesadaran siswa untuk selalu memulai segala aktivitas dengan memohon izin Allah. Semoga berkah.
Pembelajaran tentu saja disisipi dengan muatan moral aplikatif, semisal belajar menghargai pendapat orang lain, menyimak dengan baik, meminta izin untuk meminjam alat tulis teman, hingga meminta izin untuk minum di tengah-tengah waktu belajar.
Istirahat pagi digunakan untuk makan camilan sehat, diiringi kemauan untuk berbagi kepada teman. Pada kesempatan ini pun guru dapat mengenalkan berbagai jenis makanan ringan sesuai dengan apa yang dimakan anak, mengingatkan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, hingga membersihkan remah-remah ataupun bungkus makanan kecil yang mereka bawa. Siswa belajar bertanggung jawab.
Sedangkan istirahat siang digunakan untuk rehat sejenak dari aktivitas rutin, untuk shalat dan makan siang. Guru memimpin doa, atau bahkan murid yang bergiliran memimpin doa dan menjadi imam. Sebuah pembelajaran mengenai sistem nilai ibadah yang sangat baik bersama aplikasinya sekaligus.
Kegiatan makan siang pun perlu dimanfaatkan untuk mengingatkan siswa agar mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan, berupa ketersediaan makanan yang beragam dalam menu makan siang yang tinggal mereka makan. Siswa belajar bertanggungjawab untuk menghabiskan makanan di piring mereka dan mengembalikan wadah makanan yang telah kosong ke dapur.
Menjelang pulang, aktivitas sekolah ditutup dengan shalat asar. Guru mengingatkan siswa untuk juga melaksanakan shalat di rumah (maghrib, isya dan subuh keesokan harinya). Sebelum shalat, guru dapat mengulang hafalan surat pendek yang diajarkan di sekolah, atau menceritakan kisah berhikmah. Selain memperkaya batin siswa, hal ini juga membuat guru terus memacu diri untuk mencari ilmu, baik untuk materi cerita maupun metode bercerita. Bukankah ini akan jadi keuntungan bagi banyak pihak?
Jika sudah sedemikian banyak keuntungan yang ditawarkan pihak sekolah dengan sistem full day, pertimbangan apa lagi yang Anda pikirkan? Segera daftarkan putra-putri Anda di salah satu sekolah serupa. Investasi Anda dalam menyekolahkan putra-putri akan terbayar lunas, bahkan berpeluang hadiah/bonus ketika putra/putri Anda menjadi anak-anak shalih dan shalihat yang masih terus mendoakan Anda bahkan ketika Anda telah tiada sekalipun. Bukankah doa dari anak yang shalih akan terus mengalirkan pahala kepada orang tua yang telah mendidiknya?
Sedangkan bagi kita, para pendidik, ilmu yang bermanfaat pun akan tetap diperhitungkan sebagai amal shalih, juga ketika kita telah tiada. Jadi, mari kita berlomba-lomba menuai kebaikan di sekolah dengan sistem full day.

Jumat, 11 Desember 2009

detikcom : Sambut Hari Guru, Microsoft Buka Bloggership 2010

title : Sambut Hari Guru, Microsoft Buka Bloggership 2010
summary : Bertepatan dengan Hari Guru Nasional, 25 November 2009, Microsoft Indonesia kembali meluncurkan Microsoft Bloggership 2010. Apa tema tahun ini? (read more)