Selasa, 05 Mei 2009

Fenomena Facebook

Situs pertemanan atau jejaring sosial cukup menjamur di dunia maya. Sebut saja Friendster yang sempat sangat populer beberapa waktu lalu. Ada pula situs jejaring sosial lain, misalnya Hi5, zoosk, Joosh, tagged, ataupun fupei yang asli buatan orang Indonesia, hingga facebook yang menjadi fenomena sekarang ini.
Mark Zuckerberg mungkin tidak pernah menyangka atau membayangkan, bahkan sekedar memimpikan bahwa situs yang dia buat akan berkembang sefenomenal ini. Bukan hanya anak muda yang aktif menggunakan situs jejaring ini agar masuk komunitas ‘gaul’, tapi juga orang tua, hingga anak-anak.
Kawan atau Lawan
Situs perkawanan atau jejaring sosial sudah lama saya ketahui. Facebook bukan yang pertama kalinya. Saya pernah coba pakai friendster, tapi link-link-nya terasa kurang familiar. Dalam setahun, mungkin hanya dua-tiga kali saya log-in ke account tersebut. Selain itu, saya pun mendaftar di Hi5.com. Fiturnya cukup beragam, dan relatif mudah pengoperasiannya. Fupei.com, situs pertemanan buatan salah satu warga Negara Indonesia, bisa jadi alternatif lain untuk dicoba. Selain itu, saya juga mendapat banyak sekali undangan pertemanan dari situs-situs pertemanan lainnya, tapi akhirnya saya abaikan karena saya sudah cukup sibuk mengelola semua ID dan password di berbagai situs yang saya ikuti. Selain itu, facebook sudah saya rasa cukup. Saya menemukan banyak teman, lama maupun baru, dan merasa cukup puas dengan berbagai fitur dan kemudahan yang disediakan.
Pilih-pilih teman? Harus dong. Saya hanya menambahkan teman-teman yang betul-betul saya kenal, atau setidaknya teman dari teman yang betul-betul saya percayai. Terkadang, saya mencoba menambah teman yang sebenarnya hanya sekilas saya kenal, untuk kepentingan perluasan jejaring, atau … menambah panjang tali silaturahim. Alasan yang baik bukan? Walaupun terkadang maksud di baliknya adalah benefit di balik pertemanan itu, seperti kata-kata “bijak” yang saya dapat, bahwa pertemanan itu tiada abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Ah… Tentu kurang bijak, maka dari itu kata-kata “bijak” tadi saya letakkan di antara tanda petik.
Maka dari itu pula, saya relatif menghindari pertemanan dengan orang-orang yang berpotensi konflik dengan saya, misalnya orang-orang yang punya ‘sejarah kurang menyenangkan’ dengan saya. Lebih baik mencegah, sekedar tindakan antisipatif. Dengan demikian, jalur pertemanan tetap aman, tenteram dan damai. ;)
Masa Lalu atau Masa Depan
Bertemu teman lama masa SMP dan SMA (SD? belum ada, karena SD-ku di kampung, rata-rata teman-teman belum melek internet), tentu sangat menyenangkan. Bukan hanya sebagai ajang reuni, tapi saling bertukar kabar, berbagi informasi tentang masa kini dan masa depan. Sebagai seorang guru yang sudah lebih dari 10 tahun mengajar, tentu banyak juga murid-murid saya yang dipertemukan kembali melalui facebook. Murid-murid yang pertama saya ajar, saat ini rata-rata sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir atau malah sudah bekerja. Di folder info murid-murid saya dulu, tersimpan bayangan masa depan Indonesia baru. Insya Allah. 12 tahun sejak pertama kali saya mengajar, mereka kini sedang kuliah di berbagai perguruan tinggi terkemuka, ITB, Unpad, UI, ITS, Unibraw, Unair, UNS, hingga Australia, Jerman dan Amerika. Mengagumkan, membanggakan, juga membuat iri hati. Tidak berhenti di sini, tentunya. Perasaan iri inilah yang melecut diri saya untuk bersemangat lagi, mencari peluang mendapatkan ilmu yang lebih tinggi. Karena semangat murid-murid saya yang terpancar melalui facebook. Bagi saya, berinteraksi di facebook bukan sekedar gaya-gayaan atau ikut trend semata, tapi mari jadikan ajang ini sebagai salah satu sarana untuk membuat kita jadi lebih baik juga. Insya Allah.

Tidak ada komentar: